Kabupaten Pandeglang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten,
Indonesia. Ibukotanya adalah Pandeglang. Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Serang di utara, Kabupaten Lebak di Timur, serta Samudra
Indonesia di barat dan selatan. Wilayahnya juga mencakup Pulau Panaitan
(di sebelah barat, dipisahkan dengan Selat Panaitan), serta sejumlah
pulau-pulau kecil di Samudra Hindia, termasuk Pulau Deli dan Pulau
Tinjil. Semenanjung Ujung Kulon merupakan ujung paling barat Pulau Jawa,
dimana terdapat suaka margasatwa tempat perlindungan hewan badak
bercula satu yang kini hampir punah.
Pusat perekonomian Kabupaten Pandeglang terletak di dua kota yakni Kota
Pandeglang dan Labuan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Pandeglang
merupakan dataran rendah dan dataran bergelombang. Kawasan selatan
terdapat rangkaian pegunungan. Sungai yang mengalir diantaranya Sungai
Ciliman yang mengalir ke arah barat, dan Sungai Cibaliung yang mengalir
ke arah selatan.
A. Sekilas Sejarah Pandeglang
Menurut Staatsblad Nederlands Indie No. 81 tahun 1828, Keresidenan
Banten dibagi tiga kabupaten: Kabupaten Utara yaitu Serang, Kabupaten
Selatan yaitu Lebak dan Kabupaten Barat yaitu Caringin.
Kabupaten Serang dibagi lagi menjadi 11 (sebelas) kewedanaan. Kesebelas
kewedanaan tersebut yaitu: Kewedanaan Serang (Kecamatan Kalodian dan
Cibening), Kewedanaan Banten (Kecamatan Banten, Serang dan Nejawang),
Kewedanaan Ciruas (Kecamatan Cilegon dan Bojonegara), Kewedanaan Cilegon
(Kecamatan Terate, Cilegon dan Bojonegara), Kewedanaan Tanara
(Kecamatan Tanara dan Pontang), Kewedanaan Baros (Kecamatan Regas, Ander
dan Cicandi), Kewedanaan Kolelet (Kecamatan Pandeglang dan Cadasari)
Kewedanaan Ciomas (Kecamatan Ciomas Barat an Ciomas Utara) dan
Kewedanaan Anyer (tidak dibagi kecamatan).
Menurut sejarah, pada tahun 1089 Banten terpaksa harus menyerahkan
wilayahnya yaitu Lampung kepada VOC (Batavia). Saat itu Banten dipimpin
oleh Sultan Muhamad menyusun strategi untuk melawan kekuasaan VOC.
Sultan Muhamad menjadikan Pandeglang ( bagian kawedanan Kolelet pada
waktu itu ) sebagai wilayah untuk menyusun kekuatan. Kekuatan kesultanan
dipencar kepelosok Pandeglang seperti di kaki gunung Karang dan di
pantai.
Pandeglang dalam percaturan sejarah kesultanan Banten telah terbukti
merupakan daerah yang strategis. Hal ini bisa terlihat dari berbagai
peninggalan sejarah yang terdapat di wilayah Pandeglang. Semua itu bukan
hanya membekas pada benda yang berwujud, tapi juga membekas pada kultur
kehidupan masyarakat Pandeglang.
Peninggalan sejarah kesultanan Banten masih nampak terlihat dari seni
budaya yang ada di Pandeglang. Misalnya saja, Pandeglang merupakan Kota
Santri dan Pandeglang terkenal dengan daerah yang historis, patriotis
dan agamis. Julukan ini tidak serta merta timbul dengan sendirinya, akan
tetapi merupakan bentangan sejarah telah mencatatnya.
Saat ini Pandeglang tetap merupakan wilayah yang strategis di wilayah
Provinsi Banten. Sejarah kembali mencatat, Pandeglang dengan tokoh-tokoh
masyarakatnya memberi andil besar dalam pembentukan Provinsi Banten.
Sejarah Pandeglang mencatat juga, bahwa saat dipimpin oleh Bupati H. A.
Dimyati Natakkusumah, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan
Swasta di Kabupaten Pandeglang Bebas Biaya Sekolah dan pada tahun 2007
pembangunan sarana pendidikan dibangun dengan menggunakan rangka baja.
Kembali kepada sejarah terbentuknya Kabupaten Pandeglang sejak tanggal 1
April 1874, tanah-tanah gubernur kecuali Bativia dan Keresidenan
Priangan telah Banten telah ditentukan, bahwa:
a. Jabatan Kliwon pada Bupati dan Patih dari Afdeling Anyer, Serang dan Keresidenan Banten dihapuskan.
b. Bupati mempunyai pembantu, yaitu mantri Kabupaten dengan gaji 50 gulden.
c. Kepala Distrik mempunyai gelar jabatan wedana dan Onder Distrik mempunyai jabatan Asisten Wedana.
Berdasarkan Staatsblad 1874 NO. 73 Ordonansi tanggal 1 Maret 1874 mulai
berlaku 1 April 1874 menyebutkan pembagian daerah, diantaranya Kabupaten
Pandeglang dibagi 9 distrik atau kewedanaan. Pembagian ini menjadi
Kewedanaan Pandeglang, Baros, Ciomas, Kolelet, Cimanuk, Caringin,
Panimbang, Menes dan Cibaliung.
Menurut data tersebut di atas, Pandeglang sejak tanggal 1 April 1874
telah ada pemerintahan. Lebih jelas lagi dalam ordonansi 1877 Nomor 224
tentang batas-batas keresidenan Banten, termasuk batas-batas Kabupten
Pandeglang dalam tahun 1925 dengan keputusan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda tanggal 14 Agustus 1925 nomor XI. Maka jelas Kabupaten
Pandeglang telah berdiri sendiri tidak di bawah penguaasaan Keresidenan
Banten.
Dari fakta-fakta tersebut di atas dapat diambil beberapa alternatif,
yaitu pada tahun 1828 Pandeglang sudah merupakan pusat pemerintahan
distrik. Pada tahun 1874 Pandeglang merupakan kabupaten. Pada tahun 1882
Pandeglang merupakan kabupaten dan distrik kewedanaan. Dan pada tahun
1925 kabupaten Pandeglang telah berdiri sendiri. Atas dasar
kesimpulan-kesimpulan tersebut di atas, maka disepakati bersama bahwa
tanggal 1 April 1874 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Pandeglang.
B. Kepemimpinan di Pandeglang
Nama-nama Bupati Caringin/Menes masa jabatan 1827-2907, yaitu R.T.
Mandoera Radja Djajanegara (1827-1840), R.T. Wiradidjaja (1840-1849),
R.T.Koesoemanegara (1849-1849), R.T.Aria Adipati Soerjanegara
(1849-1872), R.T. Dajanegara (1872-1883), R.T. Adipati Koesoemadiningrat
(1883-1896), R.T. Soera Adiningrat (1896-1898) dan R. Soeria
(1898-1908).
Nama-nama Bupati Pandeglang pada era kemerdekaan, yaitu R.T. Mr.
Djoemhana Wiraatmadja (1941-1945), K.H. Tb. Abdoelhalim (1945-1947), Mas
Soedibjadjaja (1947-1948), Mas Djaja Rukmantara (1948-1949), Rd. Hola
Sukmadiningrat (1949-1956) Rd. Moch. Noch Kartanegara (1956-1957), Rd.
Lamri Suriaatmadja (1957-1957), Rd. Muhdas Suria Haminata (1957-1958),
Rd. Harun (1958-1959), M. Ebby (1959-1961), Rd. Moch. Sjahra
Sastrakusuma (1961-1964), Rd. Akil Achjar Mansjur (1964-1964), Rd.
Syamsudin Natadisastra (1964-1968), Drs. Rd. Machfud (1968-1968), Drs.
Karna Suwanda (1968-1973), Drs. H. Karna Suwanda (1973-1975), Drs. H.
Karna Suwanda (1975-1980), Drs. Suyaman (1980-1985), Drs. H. Suyaman
(1985-1990), H.M Zein, BA (1990-1995) Drs. H. Yitno (1995-2000), H.A.
Dimyati Natakusumah, SH, MH (2000-2009), Drs. H. Erwan Kurtubi, MM (28
Oktober 2009 s/d November 2010), Asmudji HW memangku jabatan sebagai
Penjabat Bupati (November 2010 s/d Maret 2011), dan Drs. H. Erwan
Kurtubi, MM (Maret 2011 s/d Sekarang)
Sedangkan Drs. H. Erwan Kurtubi, MM memangku jabatan Bupati Pandeglang
dimulai pada Maret 2011 s/d saat ini yang sebelumnya mendapat
kepercayaan dari masyarakat melalui pemilihan langsung pertama kali
dalam sejarah perpolitikan di Pandeglang sebagai wakil bupati pandeglang
pada periode 2005-2009. Beliau merupakan Bupati yang ke 34 secara
urutan periode, sedangkan secara berurutan nama merupakan Bupati
Pandeglang yang ke 30. Hal ini disebabkan ada beberapa orang bupati yang
menjabat lebih dari satu periode kepemimpinan.
Salah satu versi Asal Usul Nama Pandeglang
Di sebuah kerajaan, tinggalah seorang putri raja bernama Putri Arum.
Suatu hari, Putri Arum sedang bersedih. Seorang pangeran jahat bernama
Pangeran Cunihin datang melamarnya. Meskipun tampan, pangeran itu sangat
kejam dan licik. Putri Arum enggan menjadi istrinya.
Lamaran Pangeran Cunihin sangat sulit untuk ditolak. Jika Putri Arum
menolak lamarannya, Pangeran Cunihin akan menghancurkan kerajaan tempat
tinggalnya. Putri Arum lalu bersemadi meminta petunjuk agar terbebas
dari belenggu Pangeran Cunihin.
Dalam semadinya, ia mendapat sebuah petunjuk. Putri Arum harus
menenangkan diri di Bukit Manggis. Di bukit itu, akan datang seorang
pangeran sakti yang mampu menyelamatkannya.
Setelah sekian lama menunggu, pangeran impian itu tidak kunjung datang.
Putri Arum sangat gelisah sebab sebentar lagi Pangeran Cunihin akan
datang untuk menikahinya.
Tidak terasa air mata membasahi pipinya. Hancur sudah harapannya. Kini,
ia harus menikah dengan seorang pangeran yang sangat kejam.
Tiba-tiba, datanglah seorang kakek mendekatinya. Kakek itu bertanya, “Maaf, siapakah engkau dan mengapa engkau menangis?”
Putri Arum menengadahkan wajahnya. Dilihatnya sosok lelaki tua yang
bersahaja itu. Ia lalu menjawab, “Aku Putri Arum. Aku saat ini sedang
sedih, Kek. Sebentar lagi aku akan menikah dengan seorang pangeran jahat
yang tidak aku cintai.”
“Oh, malang benar nasibmu, Tuan Putri. Kalau hamba boleh tahu, siapakah pangeran jahat itu?” tanya kakek.
“Ia adalah Pangeran Cunihin, Kek,” ujar Putri Arum sesenggukan.
“Lalu, mengapa Tuan Putri berada di bukit ini?” tanya kakek.
Putri Arum menghapus air matanya dan berkata, “Ketika aku sedang
bersemadi, aku diberi petunjuk agar menenangkan diri di Bukit Manggis.
Kelak akan datang seorang pangeran sakti yang dapat menolongku. Tapi,
hingga kini pangeran itu tidak kunjung datang. Sebentar lagi, Pangeran
Cunihin pasti akan datang ke istana untuk menikahiku.”
Kakek mendengar cerita Putri Arum seraya mengangguk-anggukkan kepala. Ia merasa iba kepada putri cantik itu.
Putri Arun lalu bertanya, “Maaf Kek, aku terlalu hanyut dengan kesedihanku. Aku sampai lupa menanyakan nama Kakek.”
“Nama hamba Ki Pande . Hamba adalah seorang pembuat gelang. Tuan Putri boleh memanggil hamba Ki Pande,” ujar kakek itu.
Ki Pande lalu melanjutkan,”Maaf Tuan Putri, bolehkan hamba member saran atas masalahmu itu?”
“Silakan, Ki Pande,” ujar Putri Arum.
“Begini Tuan Putri, menurut hamba, sebaiknya Tuan Putri terima saja lamaran itu,” ujar Ki Pande.
“Apa? Menerima lamaran Pangeran Cunihin yang kejam? Tidak Ki Pande, aku
tidak akan menikah dengannya. Aku lebih baik mati daripada menjadi istri
seorang pangeran yang bengis,” ujar Putri Arum.
“Tenang Tuan Putri, dengarkan saran hamba dulu. Tuan Putri terima saja
lamarannya, tapi berikan sebuah persyaratan. Buatlah sebuah yang sangat
sulit sehingga mustahil untuk dikabulkan,” ujar Ki Pande.
“Tapi, Pangeran Cunihin sangat sakti. Ia mampu melakukan apa saja,” ujar Putri Arum.
“Baiklah, hamba akan member usul mengenai persyaratan yang harus Tuan
Putri ajukan. Mintalah kepadanya untuk dibuatkan lubang pada sebuah batu
keramat yang tingginya setara dengan tubuh manusia. Katakan saja
kepadanya kalau batu keramat itu akan kalian gunakan untuk berbulan
madu. Batu itu harus diselesaikan dalam waktu tiga hari dan diletakkan
di pesisir pantai,” ujar Ki Pande.
Ki Pande menambahkan, “Perlu Tuan Putri ketahui, kesaktian seseorang
akan hilang jika ia melubangi sebuah batu keramat. Setelah kesaktian
Pangeran Cunihin hilang, biar hamba yang akan membereskannya. Untuk
menjalankan rencana ini, Tuan Putri harus ikut ke tempat tinggal hamba.
Apakah Tuan Putri bersedia?”
“Baiklah Ki Pande, aku bersedia. Terima kasih banyak atas saranmu,” ujar Putri Arum.
Putri Arum pun ikut ke tempat tinggal Ki Pande. Tempat tinggal Ki Pande
sangat jauh. Butuh waktu yang cukup lama untuk sampai ke sana. Putri
Arum yang tidak biasa berjalan jauh, tampak sangat kelelahan. Tepat
ketika sampai di desa tempat tinggal Ki Pande, Putri Arum sudah tidak
kuat berjalan lagi dan akhirnya jatuh pingsan.
Para penduduk membantu Ki Pande menolong Putri Arum. Seorang tetua di
kampung itu mengatakan bahwa Putri Arum akan kembali sadar jika diberi
minum air gunung yang berasal dari batu cadas.
Beberapa penduduk langsung mencari sumber air itu. Sesaat, setelah
meminum air yang berasal dari batu cadas, Putri Arum langsung sadarkan
diri. Setelah kejadian itu, ia dikenal sebagai Putri Cadasari.
Sementara itu, Ki Pande sibuk membuat sebuah gelang yang akan digunakan
untuk menghancurkan Pangeran Cunihin. Gelang tersebut dibuat sebesar
batu keramat dan akan diletakkan tepat pada lubangnya. Jika Pangeran
Cunihin melewatinya, seluruh kesaktiannya akan hilang.
Saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Pangeran Cunihin yang sangat sakti
mengetahui keberadaan Putri Cadasari di tempat tinggal Ki Pande.
Pangeran Cunihin langsung menagih janjinya untuk menikahi Putri
Cadasari.
Putri Cadasari mengajukan persyaratannya kepada Pangeran Cunihin. Dengan
sombong, Pangeran Cunihin menyanggupi persyaratan itu. Belum sampai
tiga hari, batu keramat berlubang itu telah siap dan sudah diletakkan di
pesisir pantai.
Putri Cadasari sangat gelisah karena Pangeran Cunihin dengan mudah
menyelesaikan persyaratan yang ia ajukan. Ki Pande lalu menyuruh Putri
Cadasari agar meminta Pangeran Cunihin untuk melewati lubang di batu
keramat. Ki Pande telah meletakkan gelang saktinya pada lubang batu itu.
Pangeran Cunihin melakukan apa yang diminta oleh Putri Cadasari. Setelah
melewati lubang di batu keramat itu, seluruh kekuatan dan kesaktian
Pangeran Cunihin langsung hilang. Tiba-tiba, ia berubah menjadi seorang
lelaki tua.
Bersamaan dengan itu, Ki Pande juga berubah menjadi seorang lelaki tampan.
Putri Cadasari bingung melihat kejadian itu.
Ki Pande lalu menjelaskan, “Tuan Putri, sesungguhnya aku adalah seorang
pangeran yang dikutuk oleh Pangeran Cunihin. Dahulu, kami bersahabat.
Namun, Pangeran Cunihin menjadi jahat setelah mendapatkan kesaktian dari
seorang guru. Ia lalu mencuri kesaktianku dan mengubahku menjadi
seorang lelaki tua.
Kesaktianku akan kembali jika Pangeran Cunihin melewati gelang buatanku yang diletakkan pada batu keramat.”
Putri Cadasari sangat berterima kasih kepada Pangeran Pande Gelang
karena telah menyelamatkannya. Singkat cerita, mereka akhirnya menikah
dan hidup bahagia selamanya.
Tempat Pangeran Cunihin menemukan batu keramat itu kini bernama
Kramatwatu. Dan batu keramat yang telah berlubang itu dinamakan Karang
Bolong.
Bukit Manggis yang dijadikan tempat bagi Putri Cadasari untuk
menenangkan diri dinamakan Kampung Pasir Manggu. Nama itu berasal dari
bahasa Sunda manggu yang artinya manggis dan pasir yang artinya bukit.
Sedangkan tempat Putri Cadasari disadarkan dari pingsannya dinamakan
Cadasari. Cadasari terletak di daerah Pandeglang, tempat Pangeran Pande
Gelang membuat gelang.
Versi lainnya lagi
Kisah Pandeglang menurut Juru Kunci Makam Kibuyut Papak ,Tubagus Mohammad Rafiudin demikian ia menyebut nama dirinya.
Ia menjelaskan bahwa dirinya sudah menjadi kuncen atau juru kunci
dimakam ini sejak 9 tahun yang lalu. Sebelumnya tugas mengurus makam ini
dipegang oleh kakeknya Abdul Rojak yang kemudian diteruskan oleh Abdul
Jawad, dan sekarang dirinyalah yang menjadi kuncen di makam ini.
Kibuyut Papak menurutnya mempunyai nama lengkap Raden Purba Jaksa Papak
Agung Medang Singa Jaya Gumelar adalah murid dari Syekh Abdul Jabar yang
makamnya terletak di Jalan AMD sekarang . “Untuk mengetahui siapa tokoh
Kibuyut Papak, harus menceritakannya dari awal, sehingga akan nampak
keterkaitannya dengan nama Pandeglang yang sekarang digunakan untuk
daerah ini” lanjutnya.
————————————————————
Sebelum membaca kisah ini, perlu jelaskan bahwa kisah ini hanyalah
merupakan cerita yang disampaikan oleh Sang Kuncen atau Juru Kunci yang
mungkin akan jauh dari Fakta Sejarah. Oleh karena itu, perlu
mengingatkan bahwa kisah ini adalah hanya sekedar mitos dan legenda yang
dipercaya oleh masyarakat, Bukan Fakta Sejarah yang didukung oleh
bukti-bukti sejarah.
————————————————————
Konon di Pandeglang terdapat sepasang suami istri yang memiliki
kesaktian yang luar biasa. Kedua orang tersebut adalah Ki Jagur dan Nyi
Amuk, saking saktinya kedua orang ini, sehingga menarik perhatian Sultan
Hasanudin yang saat itu menjabat sebagai Sultan Banten untuk
meng-Islamkan mereka. “Saking saktinya orang ini, akhirnya Sultan
Hasanudin pun meminta bantuan bapaknya Syarif Hidayatullah. Akhirnya
dibantu dengan Syarif Hidayatullah, ia dapat menandingi kesaktian suami
istri tersebut, akibat tidak tahan dengan perlawanan yang diberikan
Sultan Hasanudin, kedua orang tersebut menyingkir dan kabur ke daerah
Pantai Carita sekarang” .
Tahun berganti tahun, akhirnya kekuasaan Kesultanan Banten pun semakin
terjaga. Saat Banten akan diserang oleh Belanda, tiba-tiba dari arah
Barat Kesultanan Banten terdengar dentuman keras yang berbunyi secara
terus menerus. Sultan yang saat itu mendengar suara tersebut awalnya
mengira Belanda telah memulai serangannya. Tapi berdasarkan keterangan
penasehat-penasehatnya, mereka mengatakan bahwa Belanda tidak akan
mungkin menyerang Kesultanan Banten dari Pantai Carita, ini terlalu jauh
ujarnya.
Akhirnya Sultan Hasanudin menugaskan beberapa orang kepercayaannya untuk
menyelidiki suara apakah itu. Maka berangkatlah utusan-utusan sultan
ini kearah Carita, ketika sampai ditempat itu, rombongan terkaget-kaget
karena suara yang menghasilkan suara dentuman yang sangat keras ini,
ternyata berasal dari sebuah