SEJARAH TELEVISI INDONESIA
Pada awalnya keputusan untuk pengadaan televisi di Indonesia ditetapkan pada tahun 1961. Hal ini merupakan “langkah kecil manusia, namun langkah besar bangsa Indonesia” yang pada saat itu baru berusia 16 tahun. Dilandasi pemikiran yang jauh ke depan, saat itu Menteri Penerangan R. Maladi mengusulkan kepada pemerintah untuk mengadakan media televisi. Untuk tahap awal media televisi dapat dipakai untuk menyiarkan penyelenggaraan Asian Games IV, yang akan dibuka oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1962. Usul ini didukung sepenuhnya oleh Presiden Soekarno dengan satu keputusan untuk memasukkan pengadaan media televisi ke dalam Komando Urusan Asian Games (Kupag) yang dipimpin oleh Jenderal TNI Prayogi. Kupag saat itu tengah melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana Kompleks Olahraga Senayan, tempat akan dilangsungkannya Asia Games IV.
Keputusan itu telah diambil untuk dilaksanakan walaupun pengadaan media televisi ini hanya diperuntukkan bagi penyelenggaraan Asian Games IV, karena pengadaan media berskala nasional masih akan dipikirkan di kemudian hari. Menindaklanjuti keputusan pemerintah untuk mengadakan media televisi, Menteri Penerangan Maladi mengeluarkan Surat Keputusan No. 20/SK/M/1961 tanggal 25 Juli 1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2TV). Meskipun SK tersebut dikeluarkan tanggal 25 Juli 1961 tetapi berlaku surut 1 Juli 1961. Rapat pertama P2TV berlangsung di Cipayung tanggal 16 Juli 1961.
P2TV menyusun rencana sarana dan prasarana serta beberapa lokasi tempat dibangun stasiun televisi. Berbagai lokasi stasiun yang ditinjau antara lain gedung Perfini, PFN, RRI, Kebayoran, dan Kompleks Senayan Mandiri. Pilihan lokasi akhirnya jatuh di tempat rencana pembangunan gedung Akademi Penerangan di Senayan (lokasi TVRI saat ini).
Pemancar disarankan dibangun di atas Hotel Indonesia dengan pertimbangan letaknya di tengah kota, dan tower yang didirikan cukup hanya 45 meter. Sementara pihak Siemen mengusulkan agar studio dan pemancar dibangun di eks gedung Perfini dengan alasan daya pancar 10 KW dapat menjangkau Bogor. Dari sekian banyak pilihan, akhirnya pendirian pemancar ditetapkan di kompleks yang akan dibangun studio yaitu eks gedung Akademi Penerangan.
Sarana yang akan dipakai diusulkan lengkap dengan harganya. Masing-masing dari Marconi-Inggris, Gates-Amerika Serikat, NEC-Jepang, RCA-Amerika Serikat, dan Siemen-Jerman Barat. Mengingat terbatasnya waktu pengadaan, diusulkan untuk peliputan Asian Games IV dipergunakan Out-Side Broadcasting Van (OB-Van) yang bersifat mobile dan mudah dipindah-pindah.
Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI.
Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro, Trans, TV-7, Lativi dan Global) serta beberapa televisi daerah yang saat ini jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi lokal. Tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan berbagai program dalam dan luar negeri.
Setelah Undang-Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di daerah yang terbagi dalam tiga kategori yaitu televisi publik, swasta, berlangganan dan komunitas. Hingga Juli 2002, jumlah orang yang memiliki pesawat televisi di Indonesia mencapai 25 juta. Kini penonton televisi di Indonesia benar-benar memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi. (Tim EPI/Wid; Sumber: Buku Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Askurifai Baksin, Penerbit Sembiosa Rekatama Media, Bandung, 2006; dan Buku Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Morissan, MA,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar